Minggu, 19 Juli 2009

biografi sanad hadits

1.ABU HURAIRAH
Beliau adalah Abdurrahman bin Shakhr, keturunan Tsa’labah bin Salim bin Fahm bin Ghunm bin Daus Al-Yamani. Berasal dari kabilah Daus, sebuah kabilah yang dinisbahkan kepada Daus bin ‘Adnan bin Abdullah bin Zahran bin Ka’ab bin Harits bin Ka’ab bin Abdullah bin Malik bin Nashr yaitu Sanu’ah bin Azad. Azad termasuk kabilah arab terbesar dan terkenal. Nisbah kepada Azad bin Ghauts bin Nabt bin Malik bin Kahlan dari keturunan Arab Qahthaniyah.
Keislamannya
Yang masyhur bahwa Abu Hurairah masuk islam pada tahun ketujuh hijriyyah, bertepatan dengan penaklukan Khaibar, ketika itu umurnya sudah mencapai 30 tahun. Kemudian ia datang ke Madinah bersama Nabi Shalallahu ‘alaihi wa Sallam. Sekembalinya dari Khaibar iapun tinggal di Shuffah dan bermulazamah kepada Rasulullah dengan penuh kesungguhan. Ia terus mengikuti kemana Rasulullah pergi. Terkadang Abu Hurairah juga makan di rumah Rasul, hal itu berlanjut sampai Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa Sallam meninggal.
Kualitas Hafalannya
Karena demikian semangatnya Abu Hurairah menuntut ilmu menyebabkan ia lupa sebagian hadits yang telah disampaikan oleh Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa Sallam. Karena memang ketika itu Abu Hurairah tidak memiliki hafalan yang kuat, lalu ia pun mengadukan perkaranya kepada Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa Sallam. Maka Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa Sallam memerintahkannya, “Buka selendangmu dan betangkanlah.’ Kemudian beliau berkata: ‘dekaplah selendangmu itu.’ iapun mendekapnya. Sejak saat itu, Abu Hurairah sama sekali tidak pernah lupa setiap hadits yang disampaikan oleh Rasul Shalallahu ‘alaihi wa Sallam. Kisah ini banyak terdapat dalam kitab-kitab hadits Ahlus Sunnah wal Jama’ah, seperti Al Bukhari, Muslim, Ahmad, Nasa’i. Abu Ya’la, Abu Nu’aim, dan yang lainnya.
Kualitas Keilmuannya
Dari Abu Sa’id Al-Khudri Radhiallahu ‘anhu, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda, “Abu Hurairah adalah bejana (gudang) ilmu.”
Seseorang datang kepada Ibnu ‘Abbas untuk menanyakan suatu permasalahan. Maka Ibnu ‘Abbas mengarahkannya kepada Abu Hurairah, katanya “Wahai Abu Hurairah, berilah ia fatwa…”
Imam Adz-Dzahabi ketika memaparkan biografi Abu Hurairah menjelaskan, “Panutan, Faqih, Mujtahid, Hafizh, shahabat Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa Sallam, Abu Hurairah Radhiallahu ‘anhu Ad-Dausi Al-Yamani, Pemimpin para Huffazh (penghafal hadits) yang kokoh.”
Beliau juga berkata, “Abu Hurairah sangat kokoh hafalannya, kami tidak mengetahui beliau pernah salah dalam satu haditspun.”
Abu Shalih Dzakwan, berkata, “Abu Hurairah adalah shahabat Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa Sallam yang paling hafal.” Dalam riwayat Abu Bakar bin ‘Ayyas, Abu Shalih berkata, “Bukan yang paling afdhal tapi yang paling hafal.”
Keistimewaannya
Abu Hurairah Radhiallahu ‘anhu memiliki banyak keistimewaan yang sebagiannya tidak dimiliki oleh shahabat lainnya. Diantaranya adalah,
• Meraih kemuliaan dakwah Nabi Shalallahu ‘alaihi wa Sallam.
• Meraih keutamaan hijrah kepada Allah dan Rasul-Nya, karena ia telah melakukan hijrah sebelum Fath.
• Meraih do’a Nabi Shalallahu ‘alaihi wa Sallam.
• Meraih keutamaan jihad fii sabilillah di bawah kepemimpinan Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa Sallam,
• Meraih keutamaan menghafal hadits Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa Sallam dan menyampaikannya kepada umat.
• Meraih penghargaan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala sebagai seorang yang ikhlas dalam beribadah, sebagaimana dalam firman-Nya: “Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersamanya sangat keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. Kamu lihat mereka ruku’ dan sujud hanya mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak dari bekas sujud pada muka mereka.
• Meraih penghargaan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala sebagai seorang yang namanya telah disebutkan dalam kitab Taurat dan Injil, Allah berfirman, “Demikianlah sifat-sifat mereka yang terdapat dalam Taurat. Dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya. Maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat, lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya. Tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar. (QS. Al-Fath:29)
• Meraih kemuliaan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala sebagai seorang yang diterima taubatnya, “Sesungguhnya Allah telah menerima taubat nabi, orang-orang muhajirin dan orang-orang anshar yang selalu mengikutinya dalam masa kesulitan…” (QS. At-Taubah:117)
• Meraih penghargaan dari Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa Sallam sebagai seorang yang semangat dalam mencari ilmu, beliau menyatakan, “Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya. Sungguh, aku telah mengira bahwa kamu (wahai Abu Hurairah) adalah orang yang pertama kali dari umatku yang akan bertanya tentang hal itu, karena aku melihat semangatmu menuntut ilmu.” Dalam redaksi lain, “Sungguh, aku telah mengira tidak akan ada yang bertanya kepadaku tentang hadits ini kecuali kamu, karena aku melihat semangatmu mengambil hadits.”
• Meraih penghargaan dari Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa Sallam sebagai seorang yang memiliki ilmu yang sangat luas. Dari Abu Sa’id Al-Khudri Radhiallahu ‘anhu, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda, “Abu Hurairah adalah bejana (gudang) ilmu.”
• Meraih kemuliaan dari Rasul sebagai seorang yang kuat hafalannya. Sebagaimana yang akan kami jelaskan Insya Allah.
• Meraih keutamaan dari Rasul sebagai penduduk Yaman yang beriman, sehingga berhak mendapatkan apa yang pernah Rasul khabarkan, “Keimanan itu Yaman, Fiqih itu Yaman, dan Hikmah juga Yaman.”
• Meraih do’a Nabi sebagai seorang yang dicintai kaum mukminin, sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam Shahihnya.
• Meraih kemulian menjadi shahabat periwayat hadits terbanyak, sebagaimana yang akan kami jelaskan Insya Allah.
Abu Hurairah Periwayat Hadits Terbanyak
Sa’id bin Abil Hasan memaparkan, “Tidak ada seorangpun dari para shahabat yang paling banyak haditsnya dari Abu Hurairah.”
Abu Hurairah Radhiallahu ‘anhu walaupun hanya sebentar hidup bersama Nabi Shalallahu ‘alaihi wa Sallam, tidak seperti shahabat senior lainnya, tidak menghalanginya untuk mendapatkan keistimewaan menjadi shahabat terbanyak yang meriwayatkan hadits Nabi Shalallahu ‘alaihi wa Sallam .
Abu Hurairah sendiri pernah menjelaskan mengapa ia bisa meraih keisitimewaan tersebut, sebuah keistimewaan yang tidak diraih oleh shahabat senior lainnya. Hal ini beliau sampaikan ketika ada sebagian manusia yang meragukan hadits-hadits beliau,
“Sesungguhnya kalian berkata, “Sungguh banyak Abu Hurairah meriwayatkan hadits dari Nabi Shalallahu ‘alaihi wa Sallam. Kalian juga berkata –wallahul mau’id-, ‘Mengapa para shahabat muhajirin tidak meriwayatkan dari Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa Sallam hadits-hadits ini, mengapa para shahabat Anshar tidak meriwayatkan hadits-hadits ini. (ketahuilah) Sesungguhnya para shahabatku dari kalangan muhajirin agak tersibukkan dengan perdagangan mereka di pasar. Dan para shahabatku dari kalangan Anshar agak disibukkan dengan pertanian mereka dan penjagaannya. Adapun aku adalah seorang yang selalu I’tikaf (tinggal di masjid) dan selalu bermajlis dengan Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa Sallam. Aku hadir ketika mereka berhalangan dan aku ingat ketika mereka lupa. Dan Nabi Shalallahu ‘alaihi wa Sallam suatu hari pernah berkata, ‘Siapa yang mau membentangkan selendangnya sampai aku selesai menyampaikan haditsku kemudian dia dekap selendangnya pasti dia tidak akan pernah lupa setiap apa yang aku sampaikan selamanya.” Maka akupun membentangkan selendangku kemudian aku mendekapnya. Demi Allah! Sejak itu aku tidak pernah lupa semua yang aku dengar dari beliau. Demi Allah! Seandainya bukan disebabkan satu ayat didalam Al-Qur’an, tentu aku tidak akan menyampaikan hadits kepada kalian.’ Kemudian Abu Hurairah membaca ayat, ‘Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah kami turunkan berupa keterangan-keterangan dan petunjuk….” Beliau membaca ayat selengkapnya.”
Keistimewaan Abu Hurairah ini juga diakui oleh para shahabat lainnya. Tentu hal ini disamping sebagai keutamaan beliau yang luar biasa. Juga sebagai sanggahan atas tuduhan, keraguan dan prasangka seputar permasalahan ini.
Yang lebih mengagumkan adalah, sebagian shahabat juga ada yang meriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘anu hadits-hadits yang tidak pernah mereka dengar. Inilah akhlak para shahabat nabi, tidak lantas ketika mereka belum pernah mendengarnya dari Nabi Shalallahu ‘alaihi wa Sallam kemudian menuduh Abu Hurairah berdusta. Radhiallahu ‘anhum ajma’in.
Seseorang pernah mengadu kepada Thalhah bin ‘Ubaidillah, “Wahai Abu Muhammad, tidakkah engkau melihat orang Yaman ini -maksudnya adalah Abu Hurairah-, apakah dia lebih berilmu tentang hadits Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa Sallam dari kalian? Kami mendengar darinya hadits-hadits yang tidak pernah kami dengar dari kalian. Ataukah dia menyampaikan dari Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa Sallam sesuatu yang tidak pernah ia dengar (berdusta)?’ Thalhah menjawab, ‘Adapun kalau dia mendengar hadits yang tidak pernah kami dengar, aku tidak meragukannya. Aku akan beritahu sebabnya, sesungguhnya kami adalah para penghuni rumah, penggembala kambing, dan para pekerja. Kami mendatangi Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa Sallam di waktu sore. (adapun Abu Hurairah) adalah seorang yang miskin, sering dijamu oleh Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa Sallam, tangannya bersama tangan beliau. (atas dasar ini) kami tidak meragukan kalau ia mendengar apa yang tidak kami dengar……”
Dalam redaksi lain, “(Sebenarnya) kami juga mendengar seperti yang ia dengar hanya saja dia ingat dan kami lupa.”
Asy’ats bin Sulaim meriwayatkan dari bapaknya, katanya, “Aku mendengar Abu Ayyub Al-Anshari meriwayatkan hadits dari Abu Hurairah.’ Maka ada yang bertanya, ‘Engkau adalah shahabat Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa Sallam mengapa meriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘anhu? Ia menjawab, ‘Sesungguhnya Abu Hurairah mendengar apa yang tidak kami dengar. Aku meriwayatkan darinya lebih aku sukai dari pada aku harus meriwayatkan dari Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa Sallam ¬¬ (hadits yang tidak pernah aku dengar).”
Juga yang menjadikan Abu Hurairah Radhiallahu ‘anhu sebagai shahabat terbanyak periwayat hadits adalah keberaniannya bertanya kepada Rasul dalam permasalahan-permasalahan yang tidak pernah ditanyakan oleh shahabat lainnya. Shahabat Ubay bin Ka’b menjelaskan, “Abu Hurairah Radhiallahu ‘anhu sangat bersemangat bertanya kepada Rasul tentang berbagai permasalahan yang tidak pernah kami tanyakan.”
Demikian banyaknya hadits yang ia teguk dari bejana Nabi belum membuatnya puas, ia kembali mencarinya dari bejana-bejana ilmu yang dimiliki beberapa shahabat senior, seperti Abu Bakar, Umar, Al-Fadhl bin ‘Abbas, ‘Ubay bin Ka’b, Usamah bin Zaid, ‘Aisyah, dan bushra Al-Ghifari Radhiallahu ‘anhum. Ia selalu bertanya kepada mereka tentang hadits-hadits Nabi yang disampaikan pada awal-awal islam, atau kisah-kisah yang terjadi sebelum keislamannya, seperti kisah kematian Abu Thalib dan yang lainnya.
Maka tidaklah berlebihan jika Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa Sallam menjulukinya sebagai bejana ilmu. Dan tidak mengherankan jika sebagian shahabat ikut menciduk ilmu Abu Hurairah dari bejananya yang amat luas, seperti Ibnu ‘Abbas, Ibnu ‘Umar, Anas bin Malik, Watsilah bin Asqa’, Jabir bin ‘Abdillah, dan Abu Ayyub Al-Anshari Radhiallahu ‘anhum.
Tidak ketinggalan pula para pemuka tabi’in juga ikut mencicipi segarnya ilmu Abu Hurairah. Diantara mereka adalah, Sa’id bin Musayyib, Abdullah bin Tsa’labah, ‘Urwah bin Zubair, Salman Al-Aghar, Syuraih bin Hani’, Khabab, Sulaiman bin Yasar, Abdullah bin Syaqiq, Hafsh bin ‘Ashim, Humaid bin Abdurrahman Al-Himyari, Salim maula Syaddad, Amir bin Sa’d bin Abi Waqqash, Muhammad bin Sirin, Abdurrahman bin Hurmuz, Samman, ‘Ubaidullah bin Abdillah bin ‘Utbah bin Mas’ud, Atho bin Abi Rabah, Atho bin Yasar, Nafi’ bin Jubair bin Mut’im, Abdurrahman bin Mihran, Isa bin Thalhah, Abu Hazim Al-Asyja’i, Hammam bin Munabbih, dan masih banyak lagi.
Imam Al-Bukhari berkata, “Telah meriwayatkan hadits dari Abu Hurairah sebanyak 800 Ahlul Ilmi atau lebih, beliau adalah periwayat hadits yang paling hafal.”
Imam Syafi’i Rahimahullah berkata, “Abu Hurairah Radhiallahu ‘anhu adalah orang yang paling hafal hadits pada masanya.”
Lihat biografi lengkap beliau di kitab Al-Ishabah fi Ma’rifati Ash-Shahabah karya Al-Hafizh Ibnu Hajar, Tadzkiratul Huffazh karya Adz-Dzahabi, dan Siyar karya Adz-Dzahabi.
2.Ibnu Umar
Ibnu Umar masuk Islam bersama ayahnya saat ia masih kecil, dan ikut hijrah ke Madinah bersama ayahnya. Pada usia 13 tahun ia ingin menyertai ayahnya dalam Perang Badar, namun Rasulullah menolaknya. Perang pertama yang diikutinya adalah Perang Khandaq. Ia ikut berperang bersama Ja'far bin Abu Thalib dalam Perang Mu'tah, dan turut pula dalam pembebasan kota Makkah (Fathu Makkah). Setelah Nabi Muhammad meninggal, ia ikut dalam Perang Yarmuk dan dalam penaklukan Mesir serta daerah lainnya di Afrika.
Khalifah Utsman bin Affan pernah menawari Ibnu Umar untuk menjabat sebagai hakim, tapi ia tidak mau menerimanya. Setelah Utsman terbunuh, sebagian kaum muslimin pernah berupaya membai'atnya menjadi khalifah, tapi ia juga menolaknya. Ia tidak ikut campur dalam pertentangan antara Ali bin Abi Thalib dan Muawiyah bin Abu Sufyan. Ia cenderung menjauhi dunia politik, meskipun ia sempat terlibat konflik dengan Abdullah bin Zubair yang pada saat itu telah menjadi penguasa Makkah.
Ibnu Umar adalah seorang yang meriwayatkan hadist terbanyak kedua setelah Abu Hurairah, yaitu sebanyak 2.630 hadits, karena ia selalu mengikuti kemana Rasulullah pergi. Bahkan Aisyah istri Rasulullah pernah memujinya dan berkata :"Tak seorang pun mengikuti jejak langkah Rasulullah di tempat-tempat pemberhentiannya, seperti yang telah dilakukan Ibnu Umar". Ia bersikap sangat berhati-hati dalam meriwayatkan hadist Nabi. Demikian pula dalam mengeluarkan fatwa, ia senantiasa mengikuti tradisi dan sunnah Rasulullah, karenanya ia tidak mau melakukan ijtihad. Biasanya ia memberi fatwa pada musim haji, atau pada kesempatan lainnya. Diantara para Tabi'in, yang paling banyak meriwayatkan darinya ialah Salim dan hamba sahayanya, Nafi'.
Kesalehan Ibnu Umar sering mendapatkan pujian dari kalangan sahabat Nabi dan kaum muslimin lainnya. Jabir bin Abdullah berkata: " Tidak ada di antara kami disenangi oleh dunia dan dunia senang kepadanya, kecuali Umar dan putranya Abdullah." Abu Salamah bin Abdurrahman mengatakan: "Ibnu Umar meninggal dan keutamaannya sama seperti Umar. Umar hidup pada masa banyak orang yang sebanding dengan dia, sementara Ibnu Umar hidup di masa yang tidak ada seorang pun yang sebanding dengan dia".
Ibnu Umar adalah seorang pedagang sukses dan kaya raya, tetapi juga banyak berderma. Ia hidup sampai 60 tahun setelah wafatnya Rasulullah. Ia kehilangan pengelihatannya di masa tuanya. Ia wafat dalam usia lebih dari 80 tahun, dan merupakan salah satu sahabat yang paling akhir yang meninggal di kota Makkah.

3.Anas bin Malik
…Saya belum pernah melihat orang yang menyerupai sholatnya Rasulullah kecuali Ibn Umm Salim
Beliau lahir di Yatsrib (Madinah) 8 tahun sebelum Hijriah. Nama lengkapnya Anas bin Malik bin an-Nadhar bin Dhomdhom al-Anshory al-Khazrojy. Biasa dipanggil Abu Hamzah, digelari ‘Khodim ar-Rasul’(Pembantu Rasul). Beliau seorang mufti, muqri (pembaca), ahli hadits dan pembantu Rasul.
Ibunya, Ummu Salim, masuk Islam sementara ayahnya masih berpegang kepada agama dulu. Pendapat lain mengatakan bahwa ibunya bernama Ghumaisho. Ada juga yang mengatakan Rumaisho. Meskipun masih kecil, ibunya sudah mengajarkan dua kalimah syahadat. Ayahnya, Malik, meminta kepada istrinya agar meninggalkan agama barunya. Hanya saja istri menolak. Suatu hari ayahnya keluar rumah sambil marah-marah. Di jalan ayahnya ketemu dengan musuhnya. Ayahnya terbunuh, sejak itu beliau hidup menjadi yatim.
Pada waktu berumur 10 tahun ibunya mendorong agar beliau mengabdi pada Rasulullah. Ibunya berkata, “Ini anakku pandai menulis.” Rasulullah pun menerima permohonan ibunya. Rasulullah berdo’a, “Ya Allah berikan dia harta dan anak yang banyak. Dan Beri keberkahan yang saya berikan padanya.”(HR.Bukhori Muslim).
Beliau pernah berkata, “Saya mengabdi kepada Rasulullah selama sepuluh tahun. Beliau tidak pernah berkata ‘uff’ , tidak pernah mencela apa yang dibuat dan tidak pernah marah.” Beliau bercerita, “Suatu hari Rasulullah menyuruhku untuk suatu keperluan. Saya pun keluar rumah. Dan jalan berjumpa dengan anak-anak sedang bermain. Saya pun ikut bermain bersama mereka. Saya malah tidak memenuhi perintahnya. Selesai bermain dengan mereka, tiba-tiba saya merasa ada orang berdiri dibelakang saya. Setelah saya menoleh, ternyata Rasulullah sambil memagang bajuku. Sambil tersenyum Rasulullah berkata, “Wahai Anas, Apakah kamu sudah kerjakan perintahku?” Saya merasa bersalah. Saya pun menjawab, “Baiklah, saya pergi sekarang.”
Mengenai pribadinya Abu Hurairah berkata, “Saya belum pernah melihat orang yang menyerupai sholatnya Rasulullah kecuali Ibn Umm Salim (maksudnya Anas).” Allah berikan karuni kepadanya berupa panjang umur. Mengenai panjang umurnya itu beliau berkata, “Tidak ada orang yang tersisa (dari sahabat) yang dapat sholat di masjid Qiblatain (dua qiblat) kecuali saya.” Begitu juga beliau dikaruni keturunan banyak sebagaimana Rasulullah do’akan padanya. Semua anaknya hampir mencapai seratus.
Kalau mengkhatamkan al-Qur’an, beliau mengumpulkan istri dan anaknya kemudian beliau berdo’a. setelah wafatnya Rasulullah, beliau pergi Damaskus. Dari Damaskus beliau pindah ke Basrah.
Dari al-Mutsna bin Sa’id diceritakan, ia mendengar bahwa Anas selalu berkata, “Hampir setiap malam aku mimpi Rasulullah. Setelah itu beliau menangis.” Selama bersahabat dengan Rasulullah beliau telah meriwayatkan kurang lebih 2287 hadits. Diantara riwayat haditsnya, dari Rasulullah beliau bersabda; “Tidak beriman seseorang dari kalian hingga cinta kepada saudaranya sebagaimana mencintai dirinya.”(HR.Bukhori). “Rasulullah adalah orang yang paling baik akhlaknya, penyabar dan pemaah” begitu kata beliau mengenai pribadi Rasulullah.
Dari sekian sahabat Rasulullah, beliaulah yang paling terakhir wafatnya. Kurang lebih sepuluh tahun beliau bergaul, bersahabat dan bersenda gurau dengan Rasulullah. Meskipun tidak lama, sejak kecil beliau sudah merindukan kedatangan Rasulullah. Sehingga hari-harinya banyak digunakan untuk bertanya tentang ajaran Islam. tidak heran beliau termasuk sahabat yang banyak meriwayatkan hadits.
Setelah menjalani hidupnya hampir satu abad, beliau wafat pada tahun 91 Hijriah, berumur 99 tahun. Pada waktu beliau sakit, beliau berpesan kepada keluarganya, “Ajarkan/talkin aku kalimat “La ilahaillallah. Muhammadurrasullah.” Beliau pun mengucap kalimat itu hingga ajal menjemputnya. Pada waktu dimandikan, Muhammad bin Sirrin, seorang tabi’in, yang memandikannya.
4.Aisyah ra
Aisyah adalah istri Nabi Shallalahu ‘alaihi Wassalam putri Abu Bakar ash-Shiddiq teman dan orang yang paling dikasihi Nabi, Aisyah masuk Islam ketika masih kecil sesudah 18 orang yang lain. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wassalam memperistrinya pada tahu 2 H.
Beliau mempelajari bahasa, Syair, ilmu kedokteran, nasab nasab dan hari hari Arab . Berkata Az-Zuhri “ Andaikata ilmu yang dikuasai Aisyah dibandingkan dengan yang dimiliki semua istri Nabi Shallallahu ’alaihi Wassalam dan ilmu seluruh wanita niscaya ilmu Aisyah yang lebih utama”. Urwah mengatakan “ aku tidak pernah melihat seorangpun yang mengerti ilmu kedokteran, syair dan fiqh melebihi Aisyah”.
Aisyah meriwayatkan 2.210 hadits, diantara keistimewaannya beliau sendiri kadang kadang mengeluarkan beberapa masalah dari sumbernya, berijtihad secara khusus, lalu mencocokannya dengan pendapat pada sahabat yang alim. Berkenaan dengan keahlian Aisyah, Az-Zarkasyi mengarang sebuah kitab khusus berjudul Al-Ijabah li Iradi mastadrakathu Aisyah ‘ala ash Shahabah.
Hadits yang dinisbatkan kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam menyatakan bahwa beliau bersabda “ Ambillah separuh agama kalian dari istriku yang putih ini “, Sesungguhnya hadist ini tidak bersanad. Ibnu Hajar. Al-Mizzi, Adz Dzahabi dan Ibnu Katsir menandaskan bahwa hadist itu dusta dan dibuat buat.
Aisyah meriwayatkan hadits dari ayahnya Abu Bakar, dari Umar, Sa’ad bin Abi Waqqash, Usaid bin Khudlair dan lain lain. Sedangkan sahabat yang meriwayatkan dari beliau ialah Abu Hurairah, Abu Musa al-Asy’ari, Zaid bin Khalid al-Juhniy, Syafiyah binti Syabah dan beberapa yang lain. Tabi’in yang mengutip beliau ialah: Sa’id bin al-Musayyab, alqamah bin Qais, Masruq bin al-Ajda, Aisyah binti Thalhal, Amran binti Abdirrahman, dan Hafshah binti Sirin. Ketiga wanita yang disebutkan terakhir adalah murid murid Aisyah yang utama Ilmu Fiqh.
Sanad yang paling shahih adalah yang diriwayatkan oleh Yahya bin Sa’id dan Ubaidullah bin Umar bin Hafshin, dari Al Qasim bin Muhammad, dari Aisyah. Juga diriwayatkan oleh az-Zuhri atau Hisyam bin Urwah, dari Urwah bin az-Zubair, dari Aisyah. Yang paling Dlaif adalah yang diriwayatkan oleh al-Harits bin Syabl, dari Umm an Nu’man dari Aisyah.
Aisyah wafat pada 57 H, dan Abu Hurairah ikut mensholatkannya.
5.Abdullah bin Abbas
Abdullah bin Abbas (Bahasa Arab عبد الله بن عباس) adalah seorang Sahabat Nabi, dan merupakan anak dari Abbas bin Abdul-Muththalib, paman dari Rasulullah Muhammad SAW. Dikenal juga dengan nama lain yaitu Ibnu Abbas (619 - Thaif, 687/68H).
Ibnu Abbas merupakan salah satu sahabat yang berpengetahuan luas, dan banyak hadits sahih yang diriwayatkan melalui Ibnu Abbas, serta beliau juga menurunkan seluruh Khalifah dari Bani Abbasiyah.
Keluarga
Dia merupakan anak dari keluarga yang kaya dari perdagangan bernama Abbas bin Abdul-Muththalib, maka dari itu dia dipanggil Ibnu Abbas, anak dari Abbas. Ibu dari Ibnu Abbas adalah Ummu al-Fadl Lubaba, yang merupakan wanita kedua yang masuk Islam, melakukan hal yang sama dengan teman dekatnya Khadijah binti Khuwailid, istri Rasululah. [1].
Ayah dari Ibnu Abbas dan ayah dari Muhammad merupakan anak dari orang yang sama, Syaibah bin Hâsyim, lebih dikenal dengan nama Abdul-Muththalib. Ayah orang itu adalah Hasyim bin Abdulmanaf, penerus dari Bani Hasyim klan dari Quraisy yang terkenal di Mekkah. Ibnu Abbas juga memiliki seorang saudara bernama Fadl bin Abbas
Hadis Tentang Dia
• Ibnu Abbas pernah didekap Rasulullah SAW, kemudian Rasulullah SAW berkata, Ya Allah, ajarkanlah kepadanya hikmah. Yang dimaksud hikmah adalah pemahaman terhadap Al-Qur'an. [2]
Ibnu Abbas pernah melihat Malaikat Jibril dalam dua kesempatan, Ibnu Abbas berkata:
• Aku bersama bapakku di sisi Rasulullah dan di samping Rasulullah ada seorang laki-laki yang membisikinya. Maka seakan-akan beliau berpaling dari bapakku. Kemudian kami beranjak dari sisi Rasulullah seraya bapakku berkata, Wahai anakku, tahukah engkau kenapa anak laki-laki pamanmu (Rasulullah) seperti berpaling (menghindari aku)? Maka aku menjawab, Wahai bapakku, sesungguhnya di sisi Rasulullah ada seorang laki-laki yang membisikinya. Ibnu Abbas berkata, Kemudian kami kembali ke hadapan Rasulullah lantas bapakku berkata, Ya Rasulullah aku berkata kepada Abdullah seperti ini dan seperti itu, kemudian Abdullah menceritakan kepadaku bahwa ada seorang laki-laki di sampingmu yang berbisik-bisik kepadamu. Apakah benar memang ada seseorang di sampingmu? Rasulullah balik bertanya, Apakah engkau melihatnya ya Abdullah? Kami menjawab, Ya. Rasulullah bersabda, Sesungguhnya ia adalah Jibril alaihiwassalam. Dialah yang menyibukkan kami dari kamu sekalian. [3]
• Abbas mengutus Ibnu Abbas kepada Rasulullah dalam suatu keperluan, dan Ibnu Abbas menjumpai Rasulullah bersama seorang laki-laki. Maka tatkala ia kembali dan tidak bicara kepada Rasulullah, maka Rasulullah bersabda, Engkau melihatnya ? Abdullah (Ibnu Abbas) menjawab, Ya, Rasulullah bersabda, Ia adalah Jibril. Iangatlah sesungguhnya ia tidak akan mati sehingga hilang pandangannya (buta) dan diberi (didatangkan ilmu). [4]
Ia pernah di doakan Nabi dua kali, saat didekap beliau dan saat ia melayani Rasulullah dengan mengambil air wudlu, Rasululah berdoa, Ya Allah fahamkanlah (faqihkanlah) ia. (HR. Muslim)
Ibnu Abbas wafat pada tahun 78 hijriyah, dalam usia 75 tahun, diriwayat lain 81 tahun. Dari Ibnu Jubair menceritakan, bahwa Ibnu Abbas wafat di Thaif.
6.Jabir bin Abdullah al-Anshory
Pada hari kiamat manusia akan dikumpulkan di padang Masyar tanpa memakai sehelai kain dan tidak membawa apa-apa.”(hadits)
Nama lengkapnya Jabir bin Abdullah bin Amru bin Haram bin Ka’ab bin Ghonim bin Ka’ab bin Salamah al-Anshory as-Salamy. Nama panggilannya Abu Abdullah, Abu Abdurrahman dan Abu Muhammad. Ibunya, Nasibah binti ‘Uqbah bin ‘Adwy bin Sinan bin Naaby bin Zaid bin Haram bin Ka’ab bin Ghonim. Ayahnya, Abdullah bin Amru al-Khazrojy al-Anshory.
Pada waktu ayahnya hendak memberikan sumpah setia (bai’ah) kepada Rasulullah di Mekkah, beliau ikut dibawa ke sana. Meski menempuh perjalanan jauh, ayahnya bersikeras agar anaknya dapat menyaksikan peristiwa bersejarah itu. Meski usinya masih muda, beliau sudah diperkenalkan dengan Rasulullah oleh ayahnya. Sejak itulah cahaya keimanan terpancar di seluruh gerak badannya. Sejak Rasulullah hijrah ke Madinah, dirinya semakin yakin dan rela meluangkan seluruh waktunya untuk menimba ilmu langsung dari Rasulullah. Maka tidak mengherankan jika kemudian beliau (Jabir) termasuk sahabat yang banyak meriwayatkan hadits dari Rasulullah.
Pada waktu terjadi perang Badr dan perang Uhud beliau tidak ikut karena waktu itu dirinya masih kecil. Dan Rasulullah pun tidak memberi izin. Disamping itu ayahnya meminta dirinya untuk menjaga sembilan saudara-saudaranya. Malam sebelum berangkat ke perang Uhud, ayahku memangilku. “Saya melihat bahwa saya akan menjadi orang pertama yang terbunuh dalam perang ini. saya mempunyai hutang, maka nanti bayar hutang itu. Jaga baik-baik saudaramu dan beri nasehat yang baik pada mereka” begitulah bunyi pesan ayahku. Sejak kematian ayahnya, beliau tidak pernah absen dalam semua peperangan bersama Rasulullah. Dari Hajjaj bin as-Showwaf, Abu az-Zubair bercerita bahwa suatu hari Jabir berkata, “Rasulullah ikut perang 21 kali peperangan (dipimpin sendiri) dan saya ikut perang cuma 19 kali.”
Dari Abdul Wahid bin Aiman dari ayahnya berkata, “Suatu hari saya datang ke tempat Jabir. Jabir bercerita bahwa pada waktu perang Khandaq kami semua sibuk mengali parit. Tiba-tiba kami jumpai batu besar. Kami sangat kesusahan untuk memecahkan batu itu. Kemudian kami melapor kepada Rasulullah bahwa batu besar menghalangi galian parit. Semua alat gali yang kami punyai tidak mampu memecahkan batu itu. Rasulullah pun datang ke tempat itu. Untuk mengurangi rasa lapar karena hampir selama tiga hari belum makan, Rasulullah mengikat batu di perutnya. Alat pengali tanah itu diambilnya dan kemudian dipukulkan ke batu itu. Batu keras itu dapat dipecahkan dengan mudahnya. Saya minta izin untuk pulang ke rumah, Rasulullah pun memberikan izin. Sampai di rumah saya berkata pada istriku, “Saya lihat Rasulullah menahan lapar dimana tidak seorang pun sanggup menahan lapar itu. Apa kamu punya sesuatu untuk dimakan?” “Ya, ada sedikit gandum dan kambing kecil (belum setahun)” jawab istriku. Dengan segera aku potong kambing itu dan gandum itu aku buat adonan. Selesai dimasak saya pergi ke tempat Rasulullah. “sayaa punyai sedikit makanan untuk Rasulullah dan seorang atau dua orang lainnya” kataku. “Berapa banyak?”tanya Rasulullah. Akupun menyebutkan jumlahnya. Ketika tahu bahwa makanan itu sedikit sekali dan tidak cukup untuk dimakan (kaum Anshor dan Muhajirin), Rasulullah berkata, “Wahai tentara Khandaq, Jabir telah buat makanan, silahkan datang ke rumahnya.” Setelah itu Rasulullah menoleh ke arahku sembari berkata, “Silahkan kamu pulang temui istrimu, katakan padanya jangan turunkan panci/kendil(dari perampian) dan jangan buat roti sehingga aku datang.” Bergegas aku pun pulang ke rumah. “apakah tentara Khandaq akan makan dengan satu shok gandum, apakah cukup?” batinku berkata. “Wah, celaka ni. Semua tentara Khandaq akan datang ke rumah untuk makan” kataku pada istri. Istri bertanya, “Apakah Rasul tanya berapa banyak makanan itu?” saya jawab, “Iya.” Istri berkata, “Hilangkan kesedihanmu, Allah dan Rasul-Nya lebih tahu.” Mendengar ucapan istriku, kegundahan dan kegusaranku hilang. Tak lama kemudian Rasulullah datang bersama tentara Khandak (kaum Anshor dan Muhajirin). “Silahkan masuk” Rasulullah mempersilahkan mereka masuk. “Tolong beri aku adonan roti itu setelah panaskan di pancimu”pinta Rasulullah pada istriku. Setelah jadi roti, daging itu dimasukkan dalam roti. Rasulullah mempersilahkan para sahabat untuk makan. Mereka pun makan dengan lahapnya hingga kenyang. “Demi Allah, mereka telah habiskan makanan itu tapi panci kami masih penuh seperti sediakala”kataku. Selesai makan semua, Rasulullah berkata pada istriku, “Makanlah, setelah itu sedekahkan sebagiannya.” Istriku pun ikut makan. Kemudian membagi-bagikan sisa makanan itu.
Dari Jabir diceritakan bahwa Rasulullah memintakan ampunan kepada Allah untukku 25 kali pada malam Jamal.
Beliau diantara orang-orang Islam yang ikut sumpah setia (bai’ah) Ridwan sebagaimana disebutkan dalam firman Allah dalam surat al-Fath;18-19; “Allah sungguh sangat ridho dengan orang-orang mukmin yang memberikan sumpah setia kepadamu (Muhammad) di bawah pohon. Dan juga tahu apa yang terdetik dihati mereka. kemudian Allah turunkan ketenangan dalam hatinya dan dijanjikan kemenangan yang tidak lama lagi. Begitu juga harta rampasan yang banyak…”
Dari Jabir bin Abdullah diceritakan, “Saya dengar suatu hadits Rasulullah dari salah seorang sahabat bahwa dia dengar langsung dari Rasulullah. (karena tidak tahu) kemudian saya beli unta untuk pergi mencari orang itu. Hampir satu bulan aku mencarinya hingga sampai di Syam (Syiria sekarang). Ternyata sahabat yang meriwayatkan itu adalah Abdullah bin Unais. Setelah itu aku datang ke rumahnya. Saya katakan kepada penjaganya, “Tolong sampaikan tuanmu, Jabir menunggu di pintu.” Tak lama dia muncul, “Kamu Ibn Abdullah (anaknya Abdullah)?” saya jawab “iya”. Dia pun keluar sambil merangkulku. Saya tanya, “Ada suatu hadits kononnya kamu dengar dari Rasulullah. Saya khawatir saya wafat atau kamu sebelum saya mendengar hadits itu.” Dia berkata, “Saya dengar Rasulullah bersabda, “Pada hari kiamat manusia akan dikumpulkan di padang Masyar tanpa memakai sehelai kain dan tidak membawa apa-apa.”
Ali bin al-Madini berkata, “Jabir wafat setelah melaksanakan umroh. Dan berwasiat agar orang-orang yang haji tidak usah mensholatinya.” Pendapat lain mengatakan beliau wafat pada tahun 73 Hijriah. Pendapat lain mengatakan beliau hidup selama 94 tahun.
7.Abu Sa’id Al-Khudri
Abu Sa’id Al-Khudri adalah orang ke tujuh yang banyak meriwayatkan hadist dari Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam. Telah meriwayatkan 1.170 hadits. Orang orang pernah memintanya agar mengizinkan mereka menulis hadits hadits yang mereka dengar darinya. Ia menjawab “ Jangan sekali kali kalian menulisnya dan jangan kalian menjadikan sebagai bacaan, tetapi hapalkan sebagaimana aku menghapalnya”.
Abi Sa’id lebih dikenal dengan nama aslinya adalah Sa’ad bin Malik bin Sinan. Ayahnya Malik bin Sinan syahid dalam peperangan Uhud, Ia seorang Khudri nasabnya bersambung dengan Khudrah bin Auf al-Harits bin al-Khazraj yang terkenal dengan julukan “Abjar”.
Ketika perang Uhud pecah ayahnya (malik) membawanya kepada Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam dan meminta agar anaknya diikutkan dalam peperangan. Pada waktu itu Jabir masih berusia 13 tahun, namun ayahnya menyanjung kekuatan tubuh anaknya:” Dia bertulang besar ya Rasulullah” tetapi, Rasulullah tetap menganggapnya masih kecil dan menyuruh membawanya pulang.
Abu Sa’id al-Khudri adalah salah seorang diantara para sahabat yang melakukan bai’at kepada Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam mereka berikrar tidak akan tergoyahkan oleh cercaan orang dalam memperjuangkan agama Allah Subhanahu wa ta’ala, mereka tergabung dalam kelompok Abu Dzarr al-Ghifari, Sahl bin Sa’ad, Ubaidah bin ash Shamit dan Muhammad bin Muslimah.
Abu Sa’id al-Khudri bersama Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam dalam perang Bani Musthaliq, perang Khandaq dan perang perang sesudahnya, secara keseluruhan ia mengikuti 12 kali peperangan.
Riwayatnya dari para sahabat lain banyak sekali namun sumber yang paling terkenal adalah bapaknya sendiri Malik bin Sinan, saudaranya seibu Qatadah bin an-Nu’man, Abu Bakan, Umar, Utsman, Ali, Abu Musa al-Asy’ari, Zaid bin Tsabit dan Abdullah bin Salam.
Sedangkan orang orang yang meriwayatkan hadits darinya adalah anaknya sendiri Aburahman, istrinya Zainab bin Ka’ab bin Ajrad, Abdullah bin Umar, Abdullah bin Abbas, Abu Thufail, Nafi’ dan Ikramah.
Abu sa’id membawa putranya Abdurahman ke tanah pemakaman Baqi, dan berpesan agar ia nanti dimakamkan di bagian jauh dari tempat itu. Katanya: “ Wahai anakku, apabila aku meninggal dunia kelak, kuburkanlah aku disana, Jangan engkau buat tenda untuk, jangan engkau mengiringi Jenazahku dengan membawa api, Jangan engkau tangisi aku dengan meratap-ratap, dan jangan memberitahukan seorangpun tentang diriku”.
Kemudian ia beliau wafat pada tahun 74 H

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tip memikat hati wanita bijak

1. Pastikan anda menjaga kebersihan diri. Wanita bijak mungkin tidak terlalu terpengaruh dengan rupa, tapi kebersihan masih menjadi keperluan utama.
2. Berkelakuan baik. Bergurau ringkas tidak mengapa, tapi tetap berhati-hati agar tidak membuatkan mereka terasa atau berkecil hati.
3. Elakkan mencarut atau melontarkan kata-kata kesat di depan mereka. Perbuatan ini langsung tidak cool.
4. Jangan ambil kesempatan. Walaupun mereka mungkin memberi isyarat yang mereka juga minat kepada anda, tidak bermakna anda boleh semudah-mudahnya menyentuh atau mengambil kesempatan terhadap mereka.
5. Sekali-sekala berikanlah pujian ikhlas anda, jika tidak kepada fizikal mereka, apa salahnya memuji sikap atau personaliti mereka. Tapi ingat, pujian harus jujur!
6. Jangan cuba-cuba mengkhianati hubungan kerana mereka akan mudah menganggap anda lelaki tidak berguna.
7. Jadi lelaki budiman. Bukan hanya pada wanita yang anda suka, tapi kepada semua yang ada di sekeliling anda.
8. Jadi pelindung dan sentiasa mengutamakan keselamatan diri mereka.
9. Jadikan mereka percaya kepada anda. Simpan rahsia, luahan emosi atau apa saja yang mereka kongsi bersama anda.
10. Babitkan diri dalam perbualan intelek. Bukan hendak menunjuk pandai, tapi buktikan anda juga memiliki kekuatan intelek dan boleh diajak berbincang. Tetapi janganlah keterlaluan hingga menimbulkan pergaduhan atau rasa tidak senang.